SoE, SALAMTIMOR.COM – Tokoh
Perempuan Mollo, Aleta Baun menyikapi pernyataan Bupati TTS, Egusem Pieter Tahun yang akan membawa persoalan pemutusan jaringan air dari mata air Bonleu ke ranah hukum.
Aleta Baun menyampaikan bahwa seorang pemimpin yang bijak itu, harus duduk bersama masyarakat untuk mencari solusi. Bukan mempolisikan masyarakat.
“Pemimpin yang bijak harus cari solusi, bukan polisikan rakyat.” kata Aleta di SoE pada Rabu, 13/10/2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lanjutnya, “jika kasus ini Bupati bawah ke ranah hukum, menunjukan bahwa beliau bukan pemimpin yang bijak. Dan mungkin ini baru pertama kali di Indonesia, Bupati TTS polisikan masyarakat.” Sesal Aleta.
Sambung Aleta, “seorang pemimpin atau seorang Bupati merupakan seorang Bapak bagi seluruh masyarakat Kabupaten TTS termasuk Desa Bonle’u. Namun, sangat memalukan ketika anak-anak dari Bapak menagih janji yang tertuang dalam surat kesepakatan tetapi seorang Bapak tidak melayani selain mempolisikan masyarakat. Itu bukan pemimpin yang bijak.” tegas Aleta.
“Tindakan seorang Bupati untuk mempolisikan rakyatnya sendiri itu sangat memalukan. Jika pemimpin itu bijak, maka akan melihat kembali surat kesepakatan yang ditandatangani itu.” tandas Mantan Anggota DPRD Propinsi NTT ini.
“Bupati sendiri yang buat janji dan tanda tangan janji itu. Namun beliau sendiri yang ingkar janji sendiri. Kemudian masyarakat melakukan aksi, malah polisikan masyarakat. Yang janji itu siapa?” tanya Aleta.
Sementara itu, Joni Babu menyampaikan bahwa dari amaf Liem-Baun, Olla-Anone, sangat kecewa dengan sikap Pemda dan DPRD TTS. Sebab, janji yang tertuang dalam surat kesepakatan itu tidak dijalani. Yang tertulis saja tidak dijalankan, apalagi kalau hanya janji lisan.
“Oleh karena itu, masyarakat adat desa Bonle’u telah sepakat untuk melepas air dari aliran pipa menuju Kota SoE, karena janji tidak ditepati.” ungkap Babu.
“Kami merasa ditipu. Janji yang tertuang dalam surat dan ditandatangani bersama saja tidak jalani, apalagi kalau janji lisan? pasti kami ditipu terus.” sesalnya.
Hal yang sama dikatakan Soleman Fallo, bahwa aksi masyarakat itu sebagai bentuk kekecewaan terhadap janji yang tidak ditepati.
Menurutnya, karena janji tertulis yang ditandatangani bersama tidak dijalani sehingga masyarakat lepas air dari pipa menuju Kota SoE. Sampai kapan pemerintah kerja jalan baru dilepas kembali ke Kota SoE.
“Kalau tahun depan baru kerja, maka tahun depan juga baru kami lepas air kembali ke SoE,” tegasnya.
Persoalan pemutusan jaringan air dari
sumber mata air Bonleu ini muncul akibat Pemda TTS dan DPRD TTS tidak menepati janji sesuai surat kesepakatan bersama Nomor: 7/DPRD/2021 saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada tanggal 10 Juni 2021.
Penulis: Inyo Faot