Ananias Faot, Putra Asli TTS Sukses Meniti Karir Birokrasi di Bumi Papua

- Redaksi

Minggu, 1 Januari 2023 - 05:49 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

Dibaca 317 kali
facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Drs. Ananias Faot, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Mimika, Propinsi Papua Tengah saat bincang santai bersama awak media, Sabtu (31/12/2022)

Drs. Ananias Faot, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Mimika, Propinsi Papua Tengah saat bincang santai bersama awak media, Sabtu (31/12/2022)

SoE, Salamtimor.com – Setiap orang memperjuangkan hidupnya dan berjuang untuk masa depannya. Dalam perjuangan itu, butuh pengorbanan yang besar. Termasuk rela meninggalkan kampung halaman dan keluarga tercinta untuk mengadu nasib ke negeri orang.

Demikian halnya yang dialami oleh Drs. Ananias Faot, M.Si. Pria kelahiran Desa Tetaf, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten TTS ini harus meninggalkan kampung halaman dan keluarga tercinta sejak berusia 10 tahun untuk melanjutkan pendidikan dan meniti karir sebagai ASN di bumi Cendrawasih – Papua.

Alhasil, pengorbanan tersebut membawa dirinya hingga menduduki jabatan sebagai Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Kepala BKPSDM) Kabupaten Mimika, Propinsi Papua Tengah saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat ditemui oleh tim media di Blassing Hotel, Kota SoE pada Sabtu (31/12/2022), pria kelahiran 1972 ini menceritakan kisah perjalanan hidup dan perjuangannya di rantauan. Dirinya menyampaikan perasaan sedihnya ketika harus meninggalkan kampung kelahiran dan keluarga ke tempat yang sangat jauh.

Ananias mengisahkan bahwa kehidupan ekonomi keluarganya pada saat itu sangat memprihatinkan. Bahkan buat makan saja, ayahnya harus berjuang keras dari bertani untuk bisa menghidupi dirinya bersama 6 orang saudara kandung lainnya.

“Saya lahir dirumah bulat. Untuk makan saja, bapak harus bekerja sangat keras. Kondisi saat itu memang sangat sulit untuk mendapatkan makanan. Jadi kami terpaksa harus makan kacang racun (kot pesi kalau dalam bahasa dawan timor) yang proses memasaknya butuh delapan kali dan biji asam yang prosesnya juga sangat sulit,” kisah Ananias.

Melihat kondisi ekonomi keluarga yang begitu sulit, akhirnya Ia memutuskan untuk berangkat bersama salah satu pamannya ke tanah Papua pada tahun 1982, tepatnya ke Mimika (sekarang Kabupaten Mimika) yang dulunya adalah salah satu kecamatan dari kabupaten Fak-Fak, Propinsi Papua (pada saat itu masih Irian Jaya).

“Saya berangkat ikut om (paman) ke Papua pada tahun 1982. Saat itu saya masih kelas III SD. Kemudian melanjutkan SD di kabupaten Fak-Fak dan tamat di sana, lalu masuk SMP di kabupaten Fak-Fak tetapi tidak menyelesaikannya di Fak-Fak karena om (paman) dipindahtugaskan ke Mimika sehingga saya menyelesaikan SMP di Mimika,” kata Ananias.

Lanjutnya, “Setelah tamat SMP di Mimika, saya kembali ke Fak-Fak dan melanjutkan SMA hingga tamat. Pada tahun 1991, saya mengikuti tes STPDN (pada saat itu pasca perubahan nama dari APD Nasinonal) dan dinyatakan lulus sebagai salah satu pendatang bersama 2 orang teman. Selanjutnya kami mengikuti pendidikan di Jatinangor, Bandung. Karena waktu itu programnya Diploma III, maka kami diwajibkan bekerja selama dua tahun baru boleh melanjutkan pendidikan S-1.”

“Setelah menyelesaikan D-3, maka kami dikembalikan ke Irian Jaya pada saat itu dan saya ditugaskan di kabupaten Jayawijaya yang dikenal dengan Wamena selama kurang lebih satu bulan, lalu ditempatkan lagi di satu kecamatan yang sangat sulit dan terpencil, tepatnya berbatasan dengan Papua Nugini selama satu tahun.”

“Kemudian dipindahkan lagi ke perwakilan kecamatan sebagai staf, satu tahun bertugas disana, diangkat sabagai kepala perwakilan kecamatan, kemudian berubah status menjadi kecamatan pembantu. Selanjutnya terjadi pemekaran di 53 kecamatan se-Irian Jaya pada saat itu dan diangkat lagi sebagai camat definif pada tahun 1996. Setelah itu tepatnya tahun 1999 saya diberi kesempatan oleh pemerintah daerah untuk melanjutkan pendidikan S-1 di Institut Ilmu Pemerintahan di daerah Cilandak, Jakarta Selatan,” kata Ananias.

Sambungnya, “selepas dari pendidikan S-1, saya ditempatkan di kabupaten Fak-Fak kurang lebih 8 tahun di Sekretariat Daerah pada bagian organisasi, bagian umum, dan bagian pemerintahan (sebagai Kasubag). Tahun 2010 saya pindah atas permintaan sendiri ke kabupaten Mimika dan diangkat menjadi kepala Distrik (statusnya sama dengan Camat) selama dua tahun di daerah Friport (kawasan perkantoran Friport namanya kecamatan Kuala Kencana) selama dua tahun di situ.”

“Lalu dipindahkan ke kecamatan Hoya (daerah pegunungan yang sangat sulit dan tidak ada orang pendatang, hanya saya sendiri) dan menjabat selama 9 bulan. Tahun 2015 dipindahkan lagi ke kecamatan Mimika Timur Jauh (daerah pesisir).”

“Setelah itu pada tahun 2016 dipindahkan lagi sebaga Kepala Distrik (Camat) ke kecamatan Mimika Baru (daerah Kota) sampai dengan tahun 2020. Kemudian saya diberikan kepercayan menjabat sebagai Sekretaris DPRD Kabupaten Mimika. Dan puji Tuhan, kepercayaan dari Pimpinan Daerah di kabupaten Mimika berlanjut hingga pada Juni 2022 lalu, saya diangkat menjadi Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Mimika,” ucap Ananias.

Aninias juga mengatakan bahwa apa yang diraih saat ini, tidak terlepas dari doa orang tua dan keluarga. “Tuhan memperhitungkan setiap doa dari orang tua dan keluarga besar di tanah Timor hingga saya mencapai titik ini. Saya bersyukur terlahir sebagai orang Timor yang diutus Tuhan untuk melayani saudara-saudara kita di tanah Papua,” kata Ananias penuh haru.

“Apa yang saya capai saat ini bukan berarti tanpa tantangan. Namun ketika dihadapkan dengan tantangan, Tuhan memberi jalan keluar melalui berbagai cara. Termasuk saudara-saudara orang asli Papua yang banyak berkontribusi membantu saya selama ada di tanah Papua. Mereka (orang asli Papua) seperti saudara kandung bagi saya dan keluarga,” tutup Ananias. (Red. STC)

Berita Terkait

IPS gelar Kegiatan Membangun Budaya Literasi Sains, Numerasi, dan Bahasa Inggris Melalui Game Bagi Siswa SD di Desa Kesetnana
Mahasiswa IPS Gelar Survey Pangan di Desa Bikekneno
Syukuran Tahunan, IPPAT dan INI Berbagi Kasih Kepada Anak-Anak Stunting di Desa Kesetnana
Lantik 12 Pejabat Eselon II, Bupati TTS: Kita Harus Pertahankan Opini WTP
Bupati TTS Hadiri Kegiatan Sosialisasi Transparansi PBJ Satuan Pendidikan dan Onboarding UMKM Lokal
Tanggap Terhadap Wilayah Terdampak Kekeringan, BPBD TTS Salurkan Air Bersih
Pemkab TTS Raih Predikat B Akuntabilitas Kinerja Tahun 2023 Setelah Sepuluh Tahun Memperoleh Nilai CC
Kepsek SMPN Nefotes: YASPENSI Beri Warna Tersendiri Dalam Pendampingan Literasi

Berita Terkait

Selasa, 23 April 2024 - 12:46 WITA

IPS gelar Kegiatan Membangun Budaya Literasi Sains, Numerasi, dan Bahasa Inggris Melalui Game Bagi Siswa SD di Desa Kesetnana

Jumat, 5 April 2024 - 20:46 WITA

Mahasiswa IPS Gelar Survey Pangan di Desa Bikekneno

Sabtu, 3 Februari 2024 - 22:58 WITA

Syukuran Tahunan, IPPAT dan INI Berbagi Kasih Kepada Anak-Anak Stunting di Desa Kesetnana

Minggu, 10 Desember 2023 - 23:03 WITA

Bupati TTS Hadiri Kegiatan Sosialisasi Transparansi PBJ Satuan Pendidikan dan Onboarding UMKM Lokal

Sabtu, 9 Desember 2023 - 12:54 WITA

Tanggap Terhadap Wilayah Terdampak Kekeringan, BPBD TTS Salurkan Air Bersih

Kamis, 7 Desember 2023 - 09:21 WITA

Pemkab TTS Raih Predikat B Akuntabilitas Kinerja Tahun 2023 Setelah Sepuluh Tahun Memperoleh Nilai CC

Selasa, 5 Desember 2023 - 23:52 WITA

Kepsek SMPN Nefotes: YASPENSI Beri Warna Tersendiri Dalam Pendampingan Literasi

Selasa, 5 Desember 2023 - 16:53 WITA

Hadiri Hari Bhakti PU, Bupati TTS Tegaskan ASN Harus Netral Pada Pemilu 2024

Berita Terbaru

TTS

Mahasiswa IPS Gelar Survey Pangan di Desa Bikekneno

Jumat, 5 Apr 2024 - 20:46 WITA