Kupang, SALAMTIMOR.COM — Jamur tiram, merupakan salah satu jenis jamur yang dapat tumbuh sendiri di hutan juga dapat dengan mudah dibudidayakan.
Di Nusa Tenggara Timur, khususnya di kabupaten Kupang masih belum banyak yang menjadi pengusaha jamur jenis ini.
Tanggal 9 Februari 2021, wartawan media Salamtimor.com bertemu dengan salah seorang pemuda milenial yang memiliki visi besar dalam membangun usaha jamur tiram ini.
Ia adalah Arlot Sanam. Pemuda asal desa Kuimasi, kabupaten Kupang ini mulai merintis usaha jamur tiram sejak awal tahun 2020.
Pemuda lulusan D4 Penyuluhan Peternakan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang yang tamat pada tahun 2019 ini mengungkapkan bahwa motivasi awal kenapa melirik usaha budidaya jamur ini karena ia menganggap usaha ini tergolong mudah.
Hal pertama diungkapkannya bahwa, “alat dan bahan yang digunakan mudah untuk diperoleh di lingkungan sekitar dan dari segi harga cukup terjangkau.”
Lanjut Arlot, “jamur tiram ini memiliki kandungan gizi yang baik bagi kesehatan yaitu menjaga stamina dan meningkatkan daya tahan tubuh manusia.”
Dalam menjalankan usaha ini, ia belajar secara otodidak dengan cara bercerita bersama beberapa teman yang usahanya sudah berjalan, kemudian ditambah dengan membaca beberapa literasi lewat buku dan mengakses melalui media on line.

“Proses awal usaha ini saya mendapatkan beberapa kegagalan. Tapi saya terus tekun dan sadar bahwa dalam menggeluti usaha pasti banyak tantangannya. Kegagalan merupakan sebuah konsekuensi. Tinggal bagaimana kita memenetsnya agar tetap eksis.”
Arlot juga bercerita bahwa dalam melakukan proses budidaya jamur tiram ini, maka harus di lakukan dengan standar yang baik karena jika kita lakukan tidak secara baik kemungkinan kegagalan sangat besar.
Hal-hal teknis juga penting diperhatikan. Misalnya dalam proses sterilisasi baglog. Pada proses inokulasi itu harus benar-benar steril agar tidak terjadi kontaminasi.
Awalnya ia membuat kurang lebih 200 media tumbuh jamur atau yang biasa di sebut Baglog. Ketika pemasaran dilihat bahwa semakin banyak peminat, maka secara perlahan ia mulai menaikan produksi. Sekarang kurang lebih ia sudah membuat media tumbuh ini sebanyak 600-1000 baglog.
Ketika merintis usaha ini, Arlot dibantu oleh beberapa teman dan juga keluarga. Banyak tantangan yang dihadapi dalam menggeluti usaha ini. Diantaranya suhu kelembaban. Oleh karena itu, dirinya masih harus perlu banyak belajar untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada.
Untuk pemasaran, Arlot mengatakan bahwa penjualan masih disekitar Kabupaten Kupang dan Kota Kupang dengan harga jual per Kg Rp. 10.000.
Harapan Arlot ke depan usahanya berkembang lebih baik lagi sehingga dapat menjadi motivasi bagi teman-teman milenial lainnya.
Penulis: Adi Kebkole