Ini Cara Italia Berhasil Tangani Covid-19, Dulu Parah Sekarang Bebas Masker

- Redaksi

Senin, 28 Juni 2021 - 23:30 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

Dibaca 4 kali
facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte.

Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte.

SALAMTIMOR.COM – Kementerian Kesehatan Italia untuk pertama kalinya mengklasifikasikan semua 20 wilayah sebagai zona putih, yang berarti risiko rendah sesuai tingkat keparahan zona di negara itu.

Itu berarti masker wajah tidak wajib dipakai di luar ruangan.

Lantas apa yang dilakukan Italia untuk membalikkan roda nasib mereka? Berikut adalah cara-caranya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

1) Lockdown lama, tes dan penelurusan yang efektif

BBC pada 1 Oktober 2020 melaporkan, sebenarnya sulit menentukan dengan tepat mengapa Italia mengalami penurunan kasus baru Covid-19.

Tingkat pengujiannya tidak terlalu tinggi, bahkan Inggris melakukan tiga kali lebih banyak.

Akan tetapi tes swab tersedia luas dan rapid test sekarang dilakukan di beberapa bandara, stasiun kereta api, dan sekolah, jadi tidak ada kendala akses seperti di sejumlah negara.

Italia juga menyediakan tes Covid-19 untuk anak kecil.

Perhatian mereka dialihkan dengan permen lolipop atau gambar-gambar berwarna saat tes swab sampai selesai.

Tes Baby Drive-in di Roma ini melayani anak-anak dari bayi baru lahir hingga usia enam tahun.

Hasilnya keluar dalam waktu 30 menit. Jika negatif si kecil boleh kembali ke penitipan atau sekolah.

Penjelasan lain paling masuk akal adalah kombinasi pengujian dan pelacakan yang efisien, serta lockdown lama.

Italia adalah negara pertama di dunia yang ditutup secara nasional dan termasuk yang terakhir membuka kembali.

2) Tahapan Italia lockdown

Italia awalnya mengkarantina kota-kota, kemudian wilayah Lombardy di utara, lalu seluruh semenanjung dan pulau-pulaunya, meski hampir tidak ada virus corona di sebagian besar Italia tengah dan selatan kala itu.

Kebijakan tersebut tidak hanya mencegah pekerja di industri utara untuk pulang ke rumah di selatan, tetapi juga mendorong tanggapan nasional yang terpadu.

Awal wabah virus corona di Italia terpusat di rumah sakit yang membeludak, tetapi walau melelahkan pada akhirnya membuat dokter dan perawat bisa mempercepat pelacakan kontak.

Lockdown Italia pada akhirnya berefek penurunan kasus dan mengurangi kemungkinan kontak dengan seseorang yang terinfeksi.

Pada akhir lockdown Italia, sirkulasi virus turun tajam, dan di beberapa wilayah tengah dan selatan hampir tidak ada rantai penularan sama sekali.

3) Tindakan setelah lockdown

Italia tidak berpuas diri begitu saja setelah lockdown berakhir, dan justru bergegas meneliti lebih lanjut wabah Covid-19 yang menerpa mereka.

New York Times pada 31 Juli 2020 menerangkan, setelah awal yang buruk, Italia mengonsolidasikan atau setidaknya mempertahankan aturan-aturan lockdown melalui kombinasi kewaspadaan dan keahlian medis.

Pemerintahannya mengambil kebijakan yang dipandu oleh komite ilmiah dan teknis.

Dokter, rumah sakit, dan petugas kesehatan setempat mengumpulkan lebih dari 20 indikator virus setiap hari dan mengirimkannya ke otoritas regional, yang kemudian meneruskannya ke Institut Kesehatan Nasional.

Hasilnya adalah laporan mingguan yang menjadi dasar kebijakan. Semua yang dijalani Italia selanjutnya jauh dari kata panik, berbeda seperti awal Maret.

4) Tidak ragu untuk lockdown kedua

Oleh karena kebijakannya diambil berdasarkan sains, Pemerintah Italia tidak ragu saat menerapkan lockdown kedua ketika kasus Covid-19 kembali melonjak.

Pada awal Agustus 2020 parlemen Italia mengumumkan keadaan darurat hingga 15 Oktober setelah Perdana Menteri Giuseppe Conte memperingatkan, tidak boleh lengah karena virus masih beredar.

Kebijakan tersebut memungkinkan pemerintah untuk tetap melakukan restriksi dan merespons dengan cepat, termasuk dengan lockdown, untuk setiap klaster baru.

Pemerintah juga membatasi kedatangan dari puluhan lebih negara ke Italia, karena impor virus termasuk faktor lonjakan kasus.

“Ada banyak situasi di Perancis, Spanyol, Balkan, yang berarti bahwa virus itu tidak hilang sama sekali,” kata Ranieri Guerra, asisten direktur jenderal untuk inisiatif strategis di WHO yang juga dokter Italia.

5) Nyawa orang lebih penting daripada ekonomi

Tidak diragukan lagi bahwa lockdown merugikan Italia secara ekonomi.

Selama tiga bulan, bisnis dan restoran harus tutup, pergerakan masyarakat juga sangat dibatasi. Bahkan perjalan antarwilayah, antarkota, dan tempat wisata dihentikan.

Italia waktu itu diperkirakan akan kehilangan sekitar 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) 2020.

Namun para pejabat Italia lebih mengutamakan nyawa orang dibandingkan perekonomian.

“Kesehatan orang-orang Italia datang dan akan selalu menjadi yang utama,” kata Conte saat itu.

Strategi lockdown total memang sempat dianggap berlebihan oleh para kritikus karena melumpuhkan roda ekonomi.

Namun akhirnya terbukti cara itu lebih baik daripada menggerakkan kembali perekonomian saat virus corona masih menyebar luas, seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Brasil, dan Meksiko.

6) Gencarkan vaksinasi

Sepertiga penduduk Italia di atas usia 12 tahun telah divaksinasi sampai Minggu (27/6/2021), atau tepatnya 17.572.505 orang, menurut data Pemerintah “Negeri Pizza”.

Italia juga berencana memberikan semua warganya vaksinasi gratis untuk melawan virus corona, yang dimulai dari dokter dan penghuni panti jompo, setelah vaksinnya disetujui.

Menteri Kesehatan Roberto Speranza mengatakan, Italia telah menandatangani kontrak untuk vaksin dari AstraZeneca, Johnson & Johnson, Sanofi, Pfizer, CureVac, dan Moderna… (Sumber: TRIBUNMANADO.CO.ID)

Berita Terkait

Presiden Palestina Tegaskan Aksi Militan Hamas Tidak Mewakili Rakyat Palestina
BPJS Kesehatan Launching Program PESIAR
Penyebaran Virus Rabies Makin Masif, Ini Upaya Pemprov NTT
Fenomena Matahari Berwarna Merah Darah Gegerkan Warga AS
Waspada Covid-19 Subvarian Baru, Kejagung Gelar Swab Antigen
Pengadilan Kriminal Internasional Keluarkan Surat Penangkapan Putin, Ini Respon Moskow
Cegah Stunting: YBKM, Kitabisa, Kolaborasi Dengan DPRD TTS Bagikan Paket Sembako dan Penyuluhan Hidup Sehat
KABUPATEN BELU DEKLARASI STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

Berita Terkait

Minggu, 19 November 2023 - 13:13 WITA

Kemenkes Terapkan Inovasi Wolbachia Atasi Penyakit Demam Berdarah

Rabu, 1 November 2023 - 07:19 WITA

IDRIP Provinsi NTT Kembali Gelar Rakor Triwulan III

Senin, 30 Oktober 2023 - 00:11 WITA

Peringati Bulan Bahasa 2023, UCB Gandeng UNDANA Kupang Gelar Seminar International Linguistik Terapan

Sabtu, 23 September 2023 - 10:47 WITA

Kembalikan Jam Sekolah Menjadi Pukul 07.00 Wita, Pj Gubernur NTT Tinjau Kegiatan Belajar Mengajar di SMA Negeri 1 Kupang

Senin, 18 September 2023 - 13:41 WITA

Jadi Irup Pada Upacara Peringatan Harhubnas dan Apel Kesadaran ASN Lingkup Pemprov NTT, Ini Pesan Pj. Gubernur NTT

Senin, 18 September 2023 - 02:38 WITA

Hadiri Peresmian TBI Motaain, Pj. Gubernur NTT Ayodhia: Wilayah Perbatasan Merupakan Halaman Depan Wajah NKRI

Kamis, 7 September 2023 - 09:23 WITA

Tiba di Kupang, Ayodhia Kalake Siap Melaksanakan Tugas Sebagai Pj. Gubernur NTT

Rabu, 6 September 2023 - 13:12 WITA

Tiba di Kupang Besok, Penjabat Gubernur NTT Minta Ketemu Tokoh Agama

Berita Terbaru