SoE, SALAMTIMOR.COM – Kekecewaan masyarakat Desa Bonle’u atas pelayanan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) berujung pada penutupan sumber air Bonle’u, Minggu (30/5/2021) kemarin. Aksi tersebut dipimpin oleh para amaf dan meob dari desa tersebut.
Para amaf yang hadir yakni amaf Liem-Olla, Baun-Anone bersama meob Ollin-Fobia serta warga Desa Bonle’u yang berjumlah 97 orang. Sebelum menutup sumber air terbesar yang melayani ribuan pelanggan di Kota SoE, para amaf dan meob melakukan ritual adat.
Meob Ollin-Fobia, Joni Babu mematahkan ranting daun lalu memberikan kepada para amaf di wilayah tersebut yakni Obed Liem, Markus Liem dan Simon Liem. Ranting tersebut lalu diletakkan di dekat saluran pipa pembuangan. Ranting itu menjadi tanda larangan bagi siapa saja agar tidak serta merta melepas air mengalir menuju Kota SoE tanpa sepengetahuan para amaf serta meob.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Amaf Desa Bonle’u, Soleman Fallo mengatakan, masyarakat sudah punya niat sejak lama untuk menutup sumber air Bonle’u. Hal itu sebagai bentuk kekecewaan warga terhadap janji Pemerintah Kabupaten TTS yang terus diingkari.
Dikatakannya, saat Bupati Piet Sabuna untuk pertama kalinya merintis pembangunan jaringan pipa air Bonle’u berjanji kepada masyarakat setempat untuk membangun jalan hotmix di Desa Bonle’u, jalan sumbu kabupaten (Saubalan-Bonle’u), membangun jembatan Noebesi yang menghubungkan Kabupaten TTS dan TTU.
Selain itu, ada janji pembagian hasil 10 persen dari pengelolaan air Bonleu serta menyediakan jaringan listrik untuk masyarakat Bonleu. Namun, hingga kini, pemimpin terus berganti, namun janji tinggal janji. Masyarakat Bonle’u tak mendapatkan apa-apa.
Ia menilai, Bonle’u seakan dianaktirikan, meski punya sumber daya alam yang menjanjikan, hasil pertanian yang bagus dan menyuplai air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga di ibukota kabupaten. Warga Desa Bonle’u hanya menjadi penonton pembangunan di desa lain.
“Saya tegaskan gerakan penutupan sumber mata air Bonle’u murni ekspresi kekecewaan kami kepada pemda TTS. Tidak ada pihak yang memprovokasi kami. Ini murni niat kami pribadi untuk memperjuangkan pembangunan di daerah kami,” tegas Soleman.
Jhony Babu, salah satu meob di wilayah tersebut menambahkan, penutupan sumber air Bonle’u melalui perundingan panjang dan kesepakatan bersama para amaf, meob, tokoh masyarakat, pemuda dan juga masyarakat setempat.
Ia menjelaskan, pihaknya menuntut agar Pemerintah menepati semua janji yang diumbar ke masyarakat Bonle’u pada sejak 1996 silam jika ingin membuka kembali sumber air tersebut.
“Kami sudah sepakat untuk tagih janji Pemda TTS. Kalau tidak tepati, kami tidak akan buka air ini. Ini semua kesepakatan kami dan tidak ada provokasi dari pihak mana pun,” ujarnya.
Selain menutup sumber mata air, sehingga air tak lagi masuk ke pipa milik PDAM SoE, masyarakat juga membuka pipa pembuangan sehingga air tidak mengalir ke SoE.
Aksi penutupan sumber mata air Bonle’u dimuat dalam berita acara yang ditandatangani oleh 97 warga, termasuk para meob dan amaf.
Untuk diketahui, sumber air Bonle’u adalah sumber air terbesar yang digunakan PDAM SoE dengan debit air mencapai 50 liter per detik yang melayani 6.918 pelanggan di Kota SoE.(**Tim)