Oleh : PDT. DR. NIMROD FINI FAOT
“Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka” (Yoh. 8:36).
✍️ Inilah kemerdekaan yang sebenarnya, atau yang sesungguhnya. Kata “jadi” di sini menunjuk kesimpulan percakapan Yesus dengan orang-orang Yahudi (Yoh. 8:30-36).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Terjadi salah pengertian antara orang Yahudi tentang kata “kemerdekaan” yang Yesus gunakan. Orang Yahudi yakin mereka keturunan Abraham, tidak pernah menjadi budak siapa pun. Hal ini dikarenakan tradisi sosial Yahudi itu sifatnya saling sepenanggungan sehingga tidak ada orang Yahudi yang menjadi budak karena miskin (Im. 25:39-42). Prinsip ini menempatkan manusia berharga di mata TUHAN.
✍️Tetapi kata “kemerdekaan” yang Yesus gunakan berkaitan dengan “dosa.” Kata Yesus: “sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa” (ayat 34).
Selisih pendapat karena sudut pandang yang berbeda terhadap kata “kemerdekaan.”
Keributan sering terjadi, karena salah paham atau berbeda sudut pandang dalam menyikapi sesuatu. Keributan suami-istri, saudara sekandung, tetangga, tidak jarang terjadi karena “sudut pandang yang berbeda.” Perbedaan sudut pandang sulit diatasi, jika masih hidup dibawah perbudakaan dosa. Dalam hal ini, komunikasi punya peran penting untuk membangun saling pengertian dan kesepahaman. Namun komunikasi yang efektif harus didasarkan pada kemerdekaan spiritual.
✍️ Menurut orang Yunani, orang yang merdeka adalah mereka yang tidak dikuasai keinginan daging. Socrates berkata: Tidak ada kemerdekaan, jika seseorang masih dikuasai, diperintah oleh keinginannya sendiri. Orang Yunani dari aliran filsafat Stoa berusaha bertarak, menahan diri agar bisa “merdeka” dari keinginan daging, sikap egois, hidup yang curang (Kis.17:17-18).
✍️Tiap tgl 17 Agustus kita merayakan kemerdekaan politik bangsa Indonesia. Tahun ini kita memasuki kemerdekaan tahun ke-75. Kita bersyukur atas kemerdekaan ini. Sebab melaluinya kita hidup tenang di rumah, bukan di pengungsian seperti yang terjadi dengan saudara seiman kita di Negeria karena terus dikejar oleh kelompok Bokoharam yang anti kekristenan.
Namun kemerdekaan politik, bukanlah segala-galanya. Setidaknya ada 4 priponsi termiskin di Indonesia, khusus Indonesia Timur: Papua Barat, Papua, NTT dan Maluku. Ke-4 propinsi tersebut yang kesemuanya wilayah Kristen, butuh kemerdekaan ekonomi, pendidikan dan hak hidup layak. Merdeka 75 tahun adalah waktu yang lama. Maka apa bila keadilan sosial dalam Pancasila diterapkan secara seimbang, merata, maka pasti tidak ada lagi wilayah miskin di negeri ini. Jika korupsi mega proyek dgn dana puluhan milyard yg dikorupsi, memiskinkan rakyat. Kupang Tribun News com.15 Agustus 2020, memuat pernyataan Gubernar NTT bahwa pulau Sumba dan Timor adalah “penyumbang terbesar orang-orang miskin dan bodoh.” Tetapi kenapa hal ini terjadi? Hal ini “bukan pilihan” masyarakat setempat, melainkan “perbuatan” yang tidak adil, keegoisan, ketamakan. Kemiskinan di kedua pulau itu adalah kemiskinan “buatan manusia” yang belum sungguh-sungguh merdeka sebagaimana kata Yesus. Penyebab utama kemiskinan fisikal adalah karena ketiadaan kemerdekaan spiritual.l sebagai penentu kehidupan yg berhasil. Selain itu, minimnya kebijaksanaan dalam mengurus rakyat. Jika ada kebijaksaan yang merata, pasti tidak ada lagi rakyat miskin, sebagaimana cita2 bangsa yg tertuang dlm UUD 1945, alinea 1 dan alinea 4. Kalau kita berjalan ke pedalaman Papua, pulau kaya di ujung Timur, sebagian rakyatnya masih jauh dari hidup layak sebagai masyarakat dari negera yang merdeka.
Banyak orang “belum dimerdekakan baik fisik, maupun spiritual sebagaimana kata Yesus.
✍️Kemerdekaan dari dosa, sama artinya dengan kemerdekaan dari sikap egois, hidup dendam, benci, monopoli dalam berbagai bentuk di semua lini kehidupan serta berlapis-lapis kecurangan di berbagai tingkat sosial. Karena itu, betapa pentingnya dimerdekakan oleh Tuhan Yesus yang adalah kebenaran (Yoh. 14:6).
✍️Kita perlu memanfaatkan kemerdekaan politik, untuk menyebar berita tentang kemerdekaan spiritual yaitu merdeka dari perbudakan dosa. Selama dosa masih berkuasa, yang miskin akan tetap miskin dan yang akan semakin kaya. Para pebisnis sering ditipu oleh sesama teman seprofesi yang masih belum merdeka dari perbudakan dosa.
✍️ Bersama rasul Paulus kita bersyukur dulu kita hamba dosa, tetapi sejak menerima Yesus (lahir baru, bertobat) sudah hidup dalam kemerdekaan rohani. Hal ini menjadi dasar untuk menjalani kemerdekaan politik dengan benar (Rm. 6:17-23). Merdeka dari perbudakan dosa adalah kemerdekaan yang sebenarnya (benar-benar merdeka) yang mengantar kita pada hidup kekal.
Kemerdekaan politik, banyak pahlawannya. Kemerdekaan dari perbudakan dosa, hanya satu yang dapat melakukannya bagi kita yaitu Tuhan Yesus Kristus.
✍️Tanggung jawab kita dalam menghirup udara kemerdekaan politik adalah terus berjuang untuk ikut membangun bangsa di bidang spiritual, sosial kemasyarakatan dan lingkungan hidup. Kiranya melalui setiap kita, sesama saudara kita, teman kita dapat mengalami kemerdekaan dari perbudakan dosa. Sekali merdeka tetap merdeka di dalam Tuhan Yesus Kristus. Bersyukurlah. Shalom🌈nf♎