LSM Peka Dispa Sosialisasikan Program Pencegahan Stuting di Desa Oepliki

SoE, SALAMTIMOR.COM – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Peduli Kaum Disabilitas Perempuan dan Anak (Peka Dispa) Senin, 29/11/21 mensosialisasikan program kerja tentang pencegahan stunting dan kasus gizi buruk terhadap anak di Desa Oepliki, Kecamatan Noebeba, Kabupaten TTS, Provinsi NTT.

Dengan mengusung thema “Sonaf Aomina Anah”, LSM Peka Dispa mengajak masyarakat, terlebih para kader posyandu untuk terus mengkampanyekan perilaku dan pola hidup sehat agar menciptakan lingkungan yang bersih sebagai salah satu bentuk pencegahan stunting sejak dini.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka LSM Peka Dispa melalui program kerjanya dalam beberapa waktu ke depan akan melakukan pendampingan masyarakat untuk memanfaatkan tanaman holtikultura dipekarangan rumah seperti sayur dan buah buahan agar dapat memberikan dampak positif terhadap asupan gizi bagi anak di Desa Oepliki.

Kepada media ini, Selasa 29/11/21 Direktur LSM Peka Dispa, Fransiskus Tallan, S.Pd menyampaikan bahwa kegiatan yang dibuat oleh Lembaganya adalah untuk menangani masalah stunting.

Fransiskus Tallan, S.Pd, Direktur LSM Peka Dispa.

“Kegiatan hari ini, (29/11) adalah sosialisasi awal program tentang upaya pencegahan stunting multi sektor yang melibatkan unsur kesehatan, pertanian, ketahanan pangan, peternakan dan perikanan.” ucap Frans.

Pencegahan stunting ini kata Frans, dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang diramu menjadi paket komplit, yaitu edukasi melalui penyuluhan kader posyandu, pendampingan kelompok tani untuk membudidayakan sayuran dan buah untuk asupan gizi yang berlokasi di pekarangan rumah, praktek budidaya ternak dan ikan yang kemudian akan menyediakan kebutuhan makanan bergizi untuk diolah dan diberikan kepada bayi. Semuanya itu memiliki kaitan erat dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Pihaknya berharap agar masalah stunting ini mampu diberantas dengan bergandengan tangan dari semua kalangan.

“Masalah stunting adalah masalah yang urgent sehingga ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua untuk menyelesaikannya dengan cara bersinergi bersama semua pihak dan yang terpenting ialah bisa merubah pola hidup masyarakat dan berperilaku hidup sehat,” Harap Frans.

dr. Junita Taneo, Kepala UPTD Puskesmas Noebeba

Dalam kesempatan yang sama, Kepala UPTD Puskesmas Noebeba, dr. Junita Taneo menyampaikan bahwa persoalan stunting biasanya dimulai dari calon ibu bayi yang tidak mempersiapkan secara baik terlebih dahulu pola pikir dan makan secara teratur.

“Usia menjelang remaja, usia menjelang menikah dan sampai hamil akan berpengaruh pada kualitas dari janin. Jadi kalau calon ibu itu mempunyai pola pikir yang bagus, makan dan minum yang bagus maka akan sangat mempengaruhi kehidupan anak.” ucap dr. Junita

Lanjutnya, “Pola makan dan minum yang bagus akan sangat berpengaruh karena asupan itu sangat berdampak untuk membentuk pola pikir anak sejak masih dalam kandungan. Kalau dia dapat nutrisi yang bagus, otomatis pola pikirannya jalan. Jadi kalau dia bersekolah’pun dia pintar.” beber dr. Junita.

Sambung dr. Junita,” Na dengan begitu kita bisa cegah stunting. Makanya pencegahan stuting itu penting untuk di mulai dari 1000 hari pertama kehidupan. Kenapa penting sekali untuk 1000 hari pertama kehidupan? karena di masa itu, sel otak dari bayi berkembang. Jadi itu asupan harus bagus. Untuk asupan yang bagus, mamanya harus pintar mengatur pola hidup sehat dan makan minum secara baik.”

dr. Junita menambahkan, “data angka stunting di kecamatan Noebeba sendiri ada sekitar 112 dan sampai saat ini sudah ada perubahan.”tutupnya.

Penulis: Inyo Faot

Pos terkait