Oleh: Marten Tualaka, SH, M.Si
(Refleksi Pagi)
Apa yang membedakan antara perkataan pemimpin publik yang jujur dan perkataan pemimpin publik yang fasik dan jahat?
Mari simak ungkapan Amsal 11:11! “Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya.”
Sebuah wilayah, baik itu suatu kota, suatu provinsi, bahkan suatu negara, akan menjadi maju dan berkembang pesat bila pemimpinnya berkarakter jujur. Pemimpin seperti ini hanya akan memikirkan kemajuan dari daerah atau negaranya.
Perkataan-perkataannya akan selalu konstruktif, tidak munafik, dan mendatangkan berkat bagi kemajuan bersama. Ia tentu akan membenci kejahatan dan ia akan selalu setia untuk bertindak secara adil dan benar untuk kepentingan rakyatnya. Pemimpin seperti ini pasti menjadi berkat bagi semua.
Menjadi seorang pemimpin publik di dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, memang suatu hal yang tidak mudah. Seperti yang dinasihatkan Amsal, kejujuran dan integritas kehidupan seorang pemimpin publik adalah modal utama dalam memajukan suatu daerah atau suatu negara.
Tanpa adanya modal dasar kejujuran dalam ketulusan hati, maka kejahatan, kemunafikan, dan penyelewengan dalam berbagai bentuk akan mudah merajalela dan merusak masyarakat.
Oleh sebab itu, wahai orang Kristen yang berkiprah di ruang publik, marilah kita belajar untuk hidup dalam kejujuran!
Memanglah pasti ada banyak tantangan, tetapi di dalam kehidupan yang jujur, tulus, dan berintegritas, Tuhan pasti akan menganugerahkan hikmat-Nya serta menyertai kita senantiasa. Mari belajar jujur!
Selamat berakhir pekan! Semoga kita menjalani masa-masa Adventus dengan terus bersyukur dan terus memohon tuntunan serta pertolongan Sang Juruselamat.