MENJADI TELADAN DALAM PERBUATAN DAN KEPERCAYAAN

- Redaksi

Senin, 9 November 2020 - 13:44 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

Dibaca 25 kali
facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pdt. Elisa Maplani, M.Si (Wakil Sekretaris Majelis Sinode GMIT Periode 2020-2023)

Pdt. Elisa Maplani, M.Si (Wakil Sekretaris Majelis Sinode GMIT Periode 2020-2023)

Oleh: Pdt. Elisa Maplani, M.Si

Bacaan : I Timotius 1:12-17

Lagu: “Amazing Grace” (Sangat besar anugerah) merupakan goresan tangan seorang yang bernama John Newton. Lagu ini dalam kumpulan nyanyian Nama Yesus Trus Bersuara khusus ayat 1-2 liriknya demikian (Band. KJ No.40:1,3):

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

1) Sangat Besar Anugrah-Mu, Memberi aku slamat, Hilanglah jiwaku dulu, Di jalan yang sesat

2) Berjanjilah Tuhan yang Baik, Kekal Sabda-Mu, Anug,rah kupegang erat, Dan aman Pulangku

Jhon Newton selaku penulis lagu ini adalah sosok yang hidup mungkin masa lalunya sama seperti kita: penuh kelam bahkan menjijikkan. Hidup yang berlumuran dosa. Meskipun di masa kecil, Jhon diajari kedua orangtuanya dengan pengetahuan Alkitab namun John kemudian bertumbuh sebagai seorang anak muda yang memiliki hidup yang keji dan bekerja di kapal dagang.

Isi dagangan yang dijual dalam kapal bukanlah barang-barang seperti kain, keramik, piring, gelas dan sendok atau rempah-rempah tapi manusia. Dengan teman-teman mereka ke Afrika pergi membeli laki-laki, perempuan dan anak-anak lalu dijual sebagai budak di berbagai negara dengan harga yang mahal. Sering para budak itu dipaksa kerja, dilecehkan secara seksual dan dipekerjakan secara paksa.

John dan teman-teman memperlakukan para budak dengan kasar, memaki-maki, dilecehkan secara seksual dan dipekerjakan secara paksa. Ia sering mabuk-mabukan dan terlibat dalam seks bebas. Segala sumpah serapah kepada para budak bahkan kepada Allah di lakukan oleh John. Injil dijadikan bahan tertawaan oleh John.

Pada tahun 1748, John mengalami kejadian yang sangat menakutkan. Kapal yang ditumpangi mengalami hantaman badai laut yang sangat ganas yang akan menenggelamkan dan membinasakan hidup John bersama teman-teman. Tiba-tiba, John sadar bahwa ia tidak lagi berdoa kepada Tuhan sejak masa ia bekerja di kapal. Ia ragu apakah saat ia berdoa, Tuhan mau mendengarkan karena hidupnya begitu jahat dan keji serta sering menghujat Tuhan. Namun tanpa berpikir panjang lagi John berseru: ”Tuhan kasihanilah kami”.

Tujuh hari berlalu, kapal itu terus terbawa arus sehingga tidak kelihatan daratan. Persediaan makanan hampir habis dan banyak orang di dalam kapal itu mulai marah dan menuduh Jhon sebagai sumber malapetaka karena sering menghujat nama Tuhan. John dihinggapi rasa takut kalau orang-orang di dalam kapal akan melemparkan ia ke laut yang ganas untuk menenangkan badai. sementara ia sendiri tidak bisa berenang.

Dalam keadaan kalut, John mulai berdoa lagi kepada Tuhan demikian: “Ya… Tuhan, Jika benar Engkau pasti menepati janji-Mu, sucikanlah hatiku yang kotor ini dan selamatkanlah kami dari kebinasaan”. Empat minggu kemudian, kapal yang ia tumpangi dengan susah payah memasuki pelabuhan Irlandia.

John Newton mengambil keputusan pergi ke gereja dan di situ ia memberi diri (Bertobat) dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat hidup. Beberapa waktu kemudian, John dipercaya sebagai nakhoda kapal. Walau masih menjual manusia tapi ia perlakukan para budak dengan sopan, lemah lembut dan penuh kasih. Setiap hari minggu, John memimpin ibadah dan melayani pemberitaan Injil untuk ketiga puluh anak buahnya dan para budak yang ada di kapal. Ia jadikan hidup dan karyanya sebagai anak Tuhan yang baik dan dapat diteladani.

John kemudian dalam perjalanan waktu sadar bahwa menjual manusia sebagai budak adalah perbuatan jahat yang sangat tercela karena para budak juga diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Para budak ini adalah manusia yang harus dikasihi karena Allah mengasihi semua manusia tanpa membeda-bedakan.

John kemudian berhenti dari pekerjaan-Nya dan mencari pekerjaan lain. Ia kemudian mempelajari Alkitab secara mendalam dalam bahasa Yunani, Ibrani dan Latin. Namun saat melamar untuk ditabiskan jadi pendeta, John di tolak karena masa lalunya yang kelam dan keji. John tidak berputus asa. Ia terus belajar Alkitab dan berkali-kali memasukkan permohonan untuk jadi pendeta meski ditolak.

Akhirnya di usia John yang ke tiga puluh sembilan (39) tahun, permohonan John diterima dan ia ditabiskan selaku pendeta yang melayani di Olney, sebuah kota di Inggris. Untuk mengungkapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Allah dalam Yesus Kristus yang telah menyelamatkan hidupnya dari kebusukan, John menulis sebuah syair lagu yang berjudul: Amazing Grace (Ajaib Benar atau Sangat Besar Anugrah-Nya).

Kata-kata lagu itu sungguh menyentuh hati karena mengungkapkan kasih karunia Allah yang ia alami dalam hidup sebagai mantan penjual manusia.

Lirik asli lagu Amazing Grace demikian:

  • Amazing Grace how sweet the sound. That saved a wretch like me. I once was lost but now I,m found. Was blind but now I see (Betapa menakjubkannya anugerah yang diberikan. Yang telah menyelamatkan seorang penjahat busuk seperti diriku. Dulu aku terhilang tapi sekarang telah diketemukan-Nya. Dulu aku buta (Buta Rohani) tetapi kini aku melihat (Keselamatan kekal).

John melalui tulisan lagu ini telah mengharumkan nama Yesus. Melalui pujian ini, John hendak menegaskan bahwa: Hanya oleh kasih karunia Allah manusia di selamatkan. Allah menyelamatkan manusia bukan karena jasa baik atau usaha manusia tapi karena kasih karunia Allah semata di dalam dan melalui Yesus Kristus.

Rasul Paulus menegaskan: “KRISTUS YESUS DATANG KE DUNIA UNTUK MENYELAMATKAN ORANG BERDOSA,. DAN DI ANTARA MEREKA AKU ADALAH ORANG YANG PALING BERDOSA” (I Timotius 1:15).

Ungkapan ini merupakan bentuk keterbukaan dan kejujuran pengakuan dosa Paulus. Paulus sadar siapa dirinya. Ia tidak lupa akan kata dan tindakan masa lalunya yang kelam. Sebelum menjadi Rasul, Paulus menjadi pribadi yang tidak kenal kompromi terhadap siapapun yang dianggapnya melawan Allah. Pengakuan dosa ini lahir dari refleksi yang mendalam akan hidup dan perbuatan masa lalu.

Pada Ayat 13, Rasul Paulus dengan jujur dan terbuka mengungkapkan posisi dirinya di masa lalu yang tidak menyenangkan:

Pertama, Ia adalah seorang PENGHUJAT yang menyakiti hati Tuhan.

Kata-katanya selalu menghujat Injil Yesus Kristus dan kemuliaan Kristus. Ia hidup dalam kebencian tehadap para pengikut Kristus.

Kedua, Ia adalah seorang PENGANIAYA.

Ia tidak sekedar berkata untuk menghujat orang Kristen dan Kristus tapi melakukan tindakan kejahatan yang mendatangkan penderitaan fisik yang mengerikan.

Ketiga, Ia adalah seorang yang GANAS.

Berkata, bertindak ganas tapi juga melakukan kejahatan yang sangat mengerikan.

Paulus jujur dan terbuka menyebut diri sebagai seorang penghujat, penganiaya dan orang yang ganas. Dalam Alkitab, Saulus yang kemudian disebut Paulus, pertama kali muncul dalam peristiwa dimana Stefanus di rajam sampai mati. Lukas mencatat: Saulus juga setuju bahwa Stefanus mati dibunuh (Kis 7: 57-8:1a).

Meski Paulus tidak ikut merajam karena bukan seorang saksi, namun kehadirannya dan kebenciannya yang membara telah menyetujui peristiwa pembunuhan Stefanus sang Abdi Allah secara mengerikan. Bahkan Saulus menjaga jubah-jubah para algojo yang merajam Stefanus. Tak hanya itu, Paulus lalu meminta wewenang kepada imam besar untuk menangkap semua pengikut Kristus dan membawa ke Yerusalem.

Masa lalu yang kelam ini diakui Paulus, telah menempatkan dirinya sebagai orang yang paling hina dan berdosa (Ay 15c,16a). Namun di dalam keberdosaan dirinya, Kasih sayang Tuhan datang dalam hidupnya. Tuhan berinisiatip menjumpai dirinya. Kemurahan Tuhan mengalahkan kejahatan, penganiayaan dan keganasan dirinya. Oleh karena kasih dan Kemurahan Tuhan, hidupnya dibalikkan, diperbaharui ke arah pelayanan yang memuliakan Kristus. Tuhan telah mendisiplinkan dirinya dengan kasih yang melimpah.

Paulus mengaku, hanya karena anugerah Allah dia tidak mati. Hanya karena anugerah Allah, Ia dikasihani dan hidup lalu dipanggil melayani pekerjaan Tuhan. Yesus Kristus adalah pribadi yang mencari dan menjumpai hidupnya. Yesus mencari, bukan untuk merancangkan malapetaka tapi keselamatan dan hidup. Allah berbelas kasihan kepadanya dan melimpahkan anugerah keselamatan yang besar bagi dirinya (Ay 13,14,16).

Allah, oleh kasih karunia-Nya yang besar, memberi Paulus kesempatan untuk menjalani hidup dengan cara atau dimensi yang baru yakni dipanggil untuk melayani Tuhan. Tuhan mempercayakan tugas pelayanan yang besar, dan dilihat Paulus sebagai kehormatan yang besar dari Tuhan. Kesempatan melayani Tuhan, dipahami sebagai maksut baik Tuhan untuk memberi contoh atau teladan hidup bagi orang lain agar orang lain boleh datang dan percaya kepada Kristus dan tidak binasa tapi memperoleh hidup yang kekal (Ay 16c).

Kesadaran diri bahwa hidup dan pelayanannya adalah kehormatan besar dari Allah dan ada maksut Allah agar hidup jadi contoh bagi orang lain untuk datang pada Yesus Kristus yang menyelamatkan, buat Paulus memberi diri dengan baik, setia dan tulus melayani bagi hormat dan kemuliaan Allah (Ay 17).

Teks ini memberi pesan Teologis yang kuat bagi orang Kristen masa kini:

Pertama, Anugerah Allah di dalam Yesus Kristus sanggup untuk mengubahkan hidup setiap orang berdosa. Di dalam Yesus Kristus, tidak ada kata terlambat bagi siapapun juga untuk menerima anugerah Allah yang mengubahkan hidup. Kelamnya jalan hidup seseorang di mata manusia dapat dirobah jadi jalan hidup yang penuh anugerah karena di mata Yesus, manusia itu berharga dan mulia. Tuhan punya rencana baik dengan setiap orang. Ia punya cara unik dengan kasih karunia-Nya yang agung, bawa orang masuk dalam rencana-Nya yang membebaskan dari dosa dan yang menyelamatkan hidup.

Kedua, Beri diri untuk melayani Tuhan dengan setia dan hati yang tulus. Anugerah Allah yang kita alami dalam hidup, hendaknya jadi daya dorong untuk kita giat melayani pekerjaan Tuhan bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Tidak boleh berdiam diri, supaya tidak menjadikan kasih karunia Allah yang telah kita terima dalam hidup berlalu dengan cuma-cuma.

Giat melayani pekerjaan Tuhan dalam kesetia-an dan ketulusan, merupakan respon atau ucapan syukur atas kasih dan rahmat Tuhan yang menolong dan menyelamatkan hidup dari kebinasaan karena dosa.

SOLI DEO GLORIA

(Catatan: Tulisan ini pernah terbit di Koran Harian Timor Ekspress, tanggal 11 Oktober 2020)

Berita Terkait

Menguatkan Iman Generasi Muda di Soe Melalui Kebaktian Kebangunan Rohani
Pemuda GMIT Klasis SoE Akan Gelar Pawai Paskah, Diikuti Oleh 27 Peserta
Pemuda GMIT Syalom Mokdale Sambut Paskah Dengan Menggelar Malam Puji-Pujian
Rayakan Paskah, Jemaat GMIT Ebenhaezer Bonleu Gelar Berbagai Lomba
Jelang Perayaan Natal,YBKM Salurkan Paket Natal Untuk Para Lansia Di Gereja GMIT Petra SoE
Manusia Adalah Makhluk Berharga di Mata Allah
Kenapa Bernama Maria Bunda Segala Bangsa? Dan Siapa Yang Memberikan Nama Itu?
Bertemu Tuhan di Tubuh

Berita Terkait

Sabtu, 3 Februari 2024 - 22:58 WITA

Syukuran Tahunan, IPPAT dan INI Berbagi Kasih Kepada Anak-Anak Stunting di Desa Kesetnana

Selasa, 19 Desember 2023 - 11:12 WITA

Lantik 12 Pejabat Eselon II, Bupati TTS: Kita Harus Pertahankan Opini WTP

Sabtu, 9 Desember 2023 - 12:54 WITA

Tanggap Terhadap Wilayah Terdampak Kekeringan, BPBD TTS Salurkan Air Bersih

Kamis, 7 Desember 2023 - 09:21 WITA

Pemkab TTS Raih Predikat B Akuntabilitas Kinerja Tahun 2023 Setelah Sepuluh Tahun Memperoleh Nilai CC

Selasa, 5 Desember 2023 - 23:52 WITA

Kepsek SMPN Nefotes: YASPENSI Beri Warna Tersendiri Dalam Pendampingan Literasi

Selasa, 5 Desember 2023 - 16:53 WITA

Hadiri Hari Bhakti PU, Bupati TTS Tegaskan ASN Harus Netral Pada Pemilu 2024

Sabtu, 2 Desember 2023 - 23:34 WITA

Upah Masyarakat Pekerja Jalan Rabat Belum Dibayarkan, Ini Penjelasan Kepala Desa Hoi

Rabu, 29 November 2023 - 17:29 WITA

Gigitan HPR di Kabupaten TTS Capai 2.132 Kasus, 11 Orang Meninggal Dunia

Berita Terbaru