PANCASILA DALAM KAZANA MUTUKULTURALISME

- Redaksi

Rabu, 30 Juni 2021 - 02:49 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

Dibaca 0 kali
facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Andre Kase

Manusia moderen ini melihat dirinya sebagai entitas yang terpisah dari yang lain terbentang suatu dikotomi antara manusia yang satu dengan yang lain. Perbedaan dilihat sebagai suatu potensi yang di kandung demi merealisasikan apa yang menjadi keinginan dari golongan atau kelompok tertentu. Maka muncul berbagai masalah yang diakibatkan oleh perbedaan.

Multikultral misalnya adalah wahana yang tidak lazim lagi di Indonesia dari masalah ini maka muncul disintegrasi. Bagaimana tidak bangsa yang dengan jumlah pulau terbanyak di dunia, menjadikan masyarakat Indonesia yang plural akan SARA (Suku, Agama, Ras dan Budaya). Kondisi ini memungkinkan suatu kriminalitas akan terjadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bangsa Indonesia sedang mengalami suatu tantangan yang luar bisa di mana masyarakat Indonesia sendiri adalah masyarakat yang multiukulral yang berpeluang muncul masalah yang merongrong nilai-nilai dasar pancasila. Menghadapi masalah ini apa yang perlu dikatakan mengingat kondisi pluralisme ini sudah ada dalam diri bangsa Indonesia.

Bagaimana usaha prefentif dan usaha kuartif yang akan dilakukan bangsa ini. Apa perlu kita menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang berbudaya satu, beragama satu, sehinga segala tindakan dan yang dilakukan boleh mencapai suatu tujuan yang sama. Karena perbedaan SARA menghalangi pemikiran seseorang yang akan nantinya memicu radikalisme.

Masalah utama adalah bagamaina bangsa Indonesia mengambil tindakan yang baik dan benar guna pencapaian suatu tujuan negara yang berideologikan pancasila dan nasionalisme dengan berlandasakan pada pancasila yang tidak merusak tatanan norma yang ada yang sudah menjadi fondasi dan mengembangkan manusia yang menanamkan nilai pancasilais serta membendung sikap eksklusivisme.

Multikultural sendiri menjadikan bangsa Indonesia melihat bagaimana menyikapi masalah ini. Hal ini juga menjadikan negara lebih kokoh dan dalam hal ini mampu mengimbangi negara-negara yang sudah memiliki masalah yang lebih serius ketimbang Indonesia, misalnya Cina salah satunya.

Masalah global seperti ini, maka pancasila menjadi pace senter (pelopor) dalam menyikapi masalah ini. Demikian saya katakana karena pancasila mempuyai suatu tatanan yang sudah ada sejak bangsa Indonesia ada. Kebanyakan orang menginterprestasi bahwasannya ideologi bangsa Indonesia terkususnya buti-butir pancasila dilegitimasi bedasarkan pandangan dunia barat.

Perlu diketahi bahwa nilai-nilai yang ada dalam butir pancasila sudah ada sebelum pengakuan secara universal oleh bangsa-bangsa. Nilai toleransi misalnya mempuyai relevansi dengan sila ke-3, yang pada dasarnya suda ada sejak dahulu. Masalah multikultural ini masalah yang sangat mendasar dimana kemajemukan membuat tatanan masyarakat sosial yakni mayoritas disamping minoritas. Kalau mayoritas yang dominan dengan sendiri minoritas terancam, terdesak dalam posisisi lemah. Karena kuantitas disamakan dengan kuasa, mayoritas selalu hampir menggilas minoritas, maka pancasila berhadapan dengan masalah yang sangat aktual.

Pancasila dalam Status-quo

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang homogen. Boleh dikatakan demikian perlu adanya satu yang menjadi landasan tempat pijakan untuk meraih sesutu yang di inginkan negara dengan semangat pancasilalis. Pancasila harus dijadikan sebagai satu parameter dalam pencapaian bangsa Indonesia. Dengan melihat masyarakat yang multikultural ini, mau mengindikasikan bahwa bangsa Indonesia harus mampu menyikapi masalah ini. Karena bangsa Indonesia sudah berdiri sendiri tanpa tekanan dan paksaan.

Pancasila sebagai ideologi tapi dalam faktumnya ideologi dijadikan sebagai kaki tangan bagi mereka yang memiliki jabatan yang penting. Nilai yang sudah ada dalam butir pancasila menjadikan satu momentum bagi mereka untuk menyampaikan satu orasi dalam pemilihan-pemilhan umum tapi dalam pada kenyataanya hanya menjadi satu elegi bukan eulogi yang rentang terhadap kepalsuan.

Dalam pelaksanaan penegakan hukum misalnya, mengambil nilai-nilai pancasila sebagai parameter tapi apa ada kekurangan yang fatal bahwa semuanya itu hanya berlaku sebatas Das Sollen saja. Sistem hukum dengan penerapan pancasila menurut kodratnya mewujudkan keadilan, prinsip fiat iustatia ruat coelum (keadilan hendak ditegakan, meski langit runtuh).

Demikianlah kenyatan dari Das Sein, itu adalah keadaan sekarang dari pancasila yang hanya dijadikan kaki dan tangan bagi mereka yang haus dan rindu akan kekuasan dan kehormatan. Melihat di masa orde baru pemerintah selalu memanipulasi dasar pancasila. Dasar pancasila menjadi bentuk pemerintahan demokrasi yang semu, maka benarlah statement power tends to corrupt, absoulut power absolutely (kuasa cendrung disalahgunakan, kuasa absolut disalagunakan secara absolut).

Demikianlah pancasila hanya menjadi pelengkap sandiwara, sinetron kehidupan tak bermutu bagi sang pelahap kekuasan. Maka dari itu, harapan bangsa terletak pada kaum muda. Apa yang perlu dilakukan oleh kaum muda nantinya sedangkan kaum muda sendiri tergolong dalam praktek-praktek kriminal. Apa yang mau diharapakan dari kaum muda?. Pendidikan?, ya benar sekali. Pendidikan mampu mengubah persepsi kaum muda yang salah, sekaligus mengubah tingkah lakunya yang salah, dimana setiap pemuda memiliki cara pandang yang berbeda apalagi ditandai dengan fenomena multikultural.

Melihat kalau tindakan kriminal sendiri yang menjadi causa prima sendiri adalah kaum muda pada umumnya. Jawabnya adalah dengan pendidikan pancasila mampu merubah pola pikir yang nantinya meminimalisir aksi-aksi kejahahatan yang tarjadi akibat multikultural. Perbedaan ini suda semestinya tidak ada karena dalam deklarasi sumpah pemuda sudah tertanam nilai nasionalisme dalam diri pemuda, terealisasi dalam kandungan isi sumpah pemuda.

Hendaknya suatu pola pikir berbeda dan multikultural sudah tidak ada karena adanya sumpah pemuda, toh kenyataan sikap dan mental membedakan satu sama lain masih tetap ada. Maka satu poin yang penting bahwa pendidikan pancasila belum sampai memenuhi permasalahan yang ada dalam diri bangsa Indonesia yakni masalah multikultural yang banyak menyebabkan tindakan anarkis. Misalnya; dalam hal ini yang sangat hangat dibicarakan adalah masalah agama.

Esse Est Co Esse

Manusia selalu ada bersama yang lain yang lain adalah bagian dari keberadaanku. Satu kalimat yang cocok demi menggempur multikultural yang ada dalam diri bangsa Indonesia yang sering menyebabkan masalah yang aktual. Leopad; Naluri manusia cendrung untuk berkompertensi, tapi nilai etika dimilikinya mendorong untuk bekrjasama. Pernyataan ini sunguh menjadi sutu pedoman dalam menghadapi multikultural yang ada di Indonesia.

Manusia Indonesia perlu menghentikan pola pikir yang cendrung etnosentrisme, dan mengembangkan pola hidup yang nasiaonalis yang berpedoman pada nilai-nilai pancasila. Kaum muda perlu melihat titik yang terpenting dalam persoalan yang sekarang dihadapi masyarkat modern.

Melihat Visi dan Misi pancasila. Visinya adalah menciptakan manusia yang dengan segala daya upaya pengembangakan diri (self formation). Kemudian kita melihat Misi Psikopedagogis; dimana kaum muda mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri yaitu toleransi, kerjasama, gotong royong sudah ada sejak sedia kala.

Pemerintah perlu mengadakan suatu sosialisasi umum tentang pentingnya penanaman nilai-nilai pancasila agar dari pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai dasar dalam pancasila, meminimalisir terjadinya masalah yang serius yakni yang disebabkan oleh masyarakat yang multikultural. Dalam keluraga sangat penting karena pembinaan karakter sudah ada dalam keluarga. Perbedaan di lihat sebagai suatu keindahan bukan suatu paradoks.

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira Kupang

Berita Terkait

Bahaya Perpanjang Masa Jabatan Kepala Desa
Kemerdekaan Pers: Dewan Pers Dilarang Minta Perusahaan Pers Melakukan Pendaftaran!
Sejarah Sumpah Pemuda dan Asa Kita
PERAWATAN DIRI PADA ORANG HIV/AIDS DENGAN KOINFEKSI TB (TUBERCULOSIS)
Analisis Terhadap Diskresi Keputusan Penundaan Pilkades
Kisah Kain Lap dari Celana Dalam Kotor
Menunda Pilkades: Situasional atau By Design?
ANAK SULIT DIATUR, SALAH SIAPA?

Berita Terkait

Sabtu, 3 Februari 2024 - 22:58 WITA

Syukuran Tahunan, IPPAT dan INI Berbagi Kasih Kepada Anak-Anak Stunting di Desa Kesetnana

Selasa, 19 Desember 2023 - 11:12 WITA

Lantik 12 Pejabat Eselon II, Bupati TTS: Kita Harus Pertahankan Opini WTP

Sabtu, 9 Desember 2023 - 12:54 WITA

Tanggap Terhadap Wilayah Terdampak Kekeringan, BPBD TTS Salurkan Air Bersih

Kamis, 7 Desember 2023 - 09:21 WITA

Pemkab TTS Raih Predikat B Akuntabilitas Kinerja Tahun 2023 Setelah Sepuluh Tahun Memperoleh Nilai CC

Selasa, 5 Desember 2023 - 23:52 WITA

Kepsek SMPN Nefotes: YASPENSI Beri Warna Tersendiri Dalam Pendampingan Literasi

Selasa, 5 Desember 2023 - 16:53 WITA

Hadiri Hari Bhakti PU, Bupati TTS Tegaskan ASN Harus Netral Pada Pemilu 2024

Sabtu, 2 Desember 2023 - 23:34 WITA

Upah Masyarakat Pekerja Jalan Rabat Belum Dibayarkan, Ini Penjelasan Kepala Desa Hoi

Rabu, 29 November 2023 - 17:29 WITA

Gigitan HPR di Kabupaten TTS Capai 2.132 Kasus, 11 Orang Meninggal Dunia

Berita Terbaru