Perayaan Misa 100 Tahun Kongregasi SSpS Digelar 21 Mei 2021 di Betun

JAKARTA, SALAMTIMOR.COM – Dikabarkan, Jumat 21 Mei 2021 akan digelar perayaan misa 100 tahun Kongregasi SSpS di Dekenat Malaka, Betun, Keuskupan Atambua, dan dilakukan pembagian sejumlah bantuan kepada warga yang terkena musibah bencana banjir pada beberapa pekan lalu.

Terkait dengan perayaan misa 100 tahun Kongregasi SSpS ini, kami akan mengulas secara singkat tentang Sejarah Masuknya Kongregasi SSpS ke Pulau Timor, Keuskupan Atambua – Kupang, NTT.

Bapak Pendiri Kongregasi  SVD, SSpS, dan SSpS-AP adalah Santo Arnoldus Janssen.

Ketiga Kongregasi besar ini memiliki sebuah pandangan yang sangat luas dan luar biasa kedepan tentang karya – karya misi di seluruh belahan dunia.

Namun, yang menjadi prioritas utama adalah kehidupan rohani setiap anggotanya dan bekerjasama yang baik antara SVD dan S.Sp.S sebagai saudara dan saudari demi menyemban dan menyebarluaskan kabar gembira, kabar keselamatan bagi seluruh umat manusia di seluruh bumi, hingga ke pelosok – pelosok yang terisolir dan tak terjangkau .

Oleh karena itu, pasca para misionaris Serikat Jesus (SJ) melayani selama dua puluh tiga tahun di wilayah misi Timor, khususnya di Atapupu,  Lahurus dan daerah sekitarnya, maka tanggal 1 Maret 1913 di Lahurus secara resmi wilayah pelayanan  SJ diserahkan sepenuhnya kepada para misionaris SVD.

Penyerahan wilayah misi Timor dilakukan oleh Serikat SJ yang diwakili oleh Pater Johanes Mathijsen, SJ dan SVD diwakili oleh Pater Petrus Noyen, SVD.

Setelah penyerahan misi Timor ini, Pater Petrus Noyen, SVD mulai berupaya menata sistem pastoral dengan menerapkan tujuh strategi yang dirintis oleh para misionaris SJ yakni perkenalan dan persahabatan dengan para raja Belu sebagai pintu masuknya penyebaran agama Katolik, belajar bahasa daerah (Tetun) dan Melayu.

Mulai membangun gedung gereja dan sekolah – sekolah Katolik, memetakan wilayah misi, mengenal nama – nama kerajaan dan kebudayaan di Belu serta melakukan kunjungan ke pusat – pusat kerajaan Belu.

Selain tujuh strategi tersebut, karya – karya lain yang dilakukan di Lahurus adalah menata kondisi internal rumah pastoran, berkenalan dengan umat di wilayah itu, mengadakan orientasi misi, belajar bahasa Tetun dan budaya Belu.

Pater Petrus Noyen, SVD, bersama Pater Verstraelen, SVD dan Bruder Lusianus Molken, SVD mereka meletakan dasar yang kuat lantaran pendekatan missioner dan pastoralnya berformat antropologis dan kultural.. (**agust bobe)

Pos terkait