PINTAR MENEGOR, PANTANG DITEGOR

Pdt. Dr. Nimrod Fini Faot, M.Th

Ditegor  dan menegor adalah bagian dari hidup. Ada tegoran terang-terangan, ada tegoran berupa sentilan.

Sumber teguran:

(1) Sosial budaya. Misalnya, orang yang bersalah disidang, dipukul, didenda.

(2) Alkitab (Matius 18:15-17). Tegoran terencana, sistematis, etis dalam 4 tahap yakni, (4 mata, 2-3 orang, di depan jemaat, di disiplin/skorsing untuk dibina khusus).

Tujuan tegoran “tidak tetap hilang” (ayat 15, bandingkan ayat 12-14). Tidak di tegor, menolak tegoran sama dengan memilih untuk ke(hilang)an. Artinya ditegor dan menegor berguna. Ada yang rajin, pintar menegor, tapi tidak mau, marah, pergi, jika ditegor.

Kata Alkitab:  “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi… Kawan memukul dengan maksud baik… lawan mencium  ber-limpah-limpah” (Amsal 27:5-6). Siapa benci tegoran sama dengan dungu (Amsal 12:1). “Siapa mengindahkan tegoran, ia dihormati” (Amsal 13:18).

Orang bijak pilih dihormati, tidak mau jadi dungu. Jadilah kawan yang menegor dengan kasih; jadilah orang bijak karena siap terima tegoran. Bahagia orang di tegor Allah melalui teman/orang lain. Shalom

Pos terkait