PROSES PEMAKAMAN JENAZAH PROBABLE COVID-19 OLEH TIM GUGUS TUGAS DINILAI TIDAK MANUSIAWI

Keterangan Foto: Reny Marlina Un (Anggota DPRD Propinsi NTT Dapil NTT VIII-TTS, asal Partai DEMOKRAT)

SoE, SALAMTIMOR.COM – Kasus penyebaran COVID-19 di kabupaten TTS semakin meningkat setiap hari. Baik itu yang berstatus KONTAK ERAT, SUSPEK, PROBABLE maupun  TERKONFIRMASI POSITIF.

Terbaru, tepatnya Senin 01/02/2021 salah satu warga kelurahan Niki-Niki, kecamatan Amanuban Tengah berinisial HU (68 tahun) meninggal dunia sekitar Pukul 14.02 Wita di RSUD SoE dengan status probable.

Pihak keluarga melalui anak kandung almarhumah, Reny Marlina Un melalui media salamtimor.com menyayangkan kinerja Gugus Tugas COVID-19 yang dalam pelayanannya dinilai tidak tuntas, mengecewakan dan tidak manusiawi. Kondisi ini di alami sendiri ketika berada di TPU Oebaki untuk memakamkan jenazah ibu kandungnya yang meninggal dengan status probable.

“Ketika kami ada di lokasi TPU, justru kami ditanya apakah sudah koordinasi dengan desa disini atau belum untuk tim lokal mau tutup kubur? Lalu kami ditanyakan apakah bawa peralatan sekop atau tidak? Saya jadi heran, kalau kami yang harus koordinasi dan siapkan peralatan, lalu Tim Gugus ini tugasnya apa? Setahu saya, saat saya tandatangan Surat Pernyataan itu, maka saya berhubungan dengan Tim Gugus Tugas COVID-19 bukan dengan desa Oebaki atau tim lokal disini. Ini sungguh mengecewakan.” Kata Reny.

Lanjutnya, “Katanya tim yang dari sana (SoE) hanya angkat jenazah dan masukan dalam kubur saja dan tidak menutup lubang. Karena ada petugas lain (tim lokal) yang nanti bertugas untuk menutup lubang tersebut. Tapi tim lokal tersebut tidak ada ditempat. Saya sempat protes, kalau seandainya tim lokal malam ini tidak datang untuk tutup, berarti lubang yang sudah berisi jenazah ibu saya ini dibiarkan menganga? Dan kalau hujan, berarti lubang tersebut pasti tergenang air. Tapi masyarakat disitu bilang biasa begitu (entah benar atau tidak). Mereka hanya datang drop saja atau masukan dalam lubang, lalu nanti besoknya baru tim lokal itu datang untuk tutup lubangnya.   Ini sangat tidak manusiawi. Sistem ini harus secepatnya dibenahi.” Katanya.

Sambung Reny, “Akhirnya proses penguburan liang lahat dilakukan oleh keluarga. Ini sangat disayangkan. Seandainya kalau tau kondisinya seperti ini, maka tadi kami bawa pulang saja jenazah ibu saya ke Niki-Niki. Tetapi kami ingin menghargai pemerintah dan tunduk serta taat pada SOP yang ada. Namun kalau perlakuannya seperti ini, maka sangat-sangat mengecewakan. Sementara akses jalan menuju ke TPU oebakipun sulit dijangkau apalagi saat musim hujan seperti ini. Ini akan membuat keluarga mau ziarah ke makam’pun akan menyulitkan. Kecuali menggunakan kenderaan double kabin.”

Tambah Anggota DPRD Provinsi NTT ini, “Saya berharap kondisi seperti ini cepat dibenahi. Gugus Tugas COVID-19 TTS harus bertanggungjwab penuh terhadap setiap pasien yang meninggal, baik yang berstatus probable maupun terkonfirmasi positif COVID-19 sampai selesai pemakaman. Koordinasi harus cepat dan tidak terputus mulai dari Rumah Sakit sampai TPU. Ini katanya ada pelibatan tim lokal untuk penggalian kubur dan penutupan kubur. Namun sungguh disayangkan tidak difasilitasi dengan APD yang memadai. Hanya dibekali dengan masker dan sarung tangan” Sesalnya.

“Kita setuju untuk tim lokal yang berasal dari masyarakat sekitar di libatkan agar bisa mendapatkan tambahan penghasilan. Namun harus juga diperhatikan perlengkapannya agar mereka tidak terpapar. Jangan sampai niat mereka membantu akhirnya mereka justru yang menjadi korban, kan kasian.” Tutup Politisi Partai Demokrat tersebut.

Reny juga menyayangkan adanya pemberlakuan standar ganda dalam hal pemakaman jenazah yang berstatus probable. Pihaknya mempertanyakan kenapa Tim Gugus Tugas mengijinkan pasien yang meninggal dengan status probable beberapa hari lalu di Supul, dibawa pulang oleh keluarga tanpa dilengkapi dengan APD… (Tim)

Pos terkait