SoE, SALAMTIMOR.COM — Baru dua tahun memimpin bersama, pecah kongsi antara Bupati dan Wakil Bupati TTS rupanya sudah tidak bisa dihindari. Kondisi ini tergambar jelas dari beda sikap dalam menanggapi persoalan pemutusan pipa air dari mata air Bonleu oleh warga desa Bonleu.
Tidak adanya kerja sama antar kedua pemimpin daerah ini memantik tanggapan dan reaksi dari berbagai macam elemen masyarakat, terutama di media-media sosial.
Sekretaris Komisi III DPRD TTS, David I. Boimau, A.Md kepada media online Salamtimor.com menilai bahwa akibat pecah kongsi antara Bupati dan Wakil Bupati terkait air Bonleu maka masyarakat pemakai air PDAM yang bersumber dari Bonleu dikorbankan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lanjut David, “pernyataan Bupati bahwa Bupati TTS hanya satu orang dan Direktris PDAM diangkat oleh Bupati menunjukan bahwa koordinasi antara Bupati dan wakil sudah tidak ada lagi.”
“Bupati merasa tidak memiliki Wakil Bupati sebagai teman seperjuangan dalam membangun TTS ke arah yang lebih baik. Bupati sudah lupa akan perjuangan bersama pada saat berkomitmen membentuk “Paket Berani” dalam Koalisi Pilkada tahun 2018.” ungkap David.
Sambungnya, “apakah pada saat itu, tanpa calon wakil maka akan memenuhi syarat sebagai calon Bupati??? Dengan persoalan Bonleu maka terbuka dimata publik tentang isu ketidakharmonisan hubungan selama ini. Ujung-ujungnya masyarakat kecil yang dikorbankan.” ujar Boimau.
David berharap agar kedua pemimpin ini duduk bersama lalu bicara dari hati ke hati. Saling membagi kewenangan untuk membangun TTS lebih baik terutama prioritaskan masalah air Bonleu.
Dirinya juga menilai bahwa apabila Bupati tidak memberikan kewenangan kepada Wakil, maka otomatis Wakil Bupati tidak bisa berbuat apa-apa.
“Sedangkan persaingan politik tahun 2024 itu urusan nanti. Tuhan sudah menyiapkan siapa yang paling layak. Tidak usah berambisi berlebihan sampai kepentingan rakyat yang lebih besar tidak sempat diurus.” tutup politisi asal Partai HANURA ini.. (**Redaksi STC)