Kenapa Bernama Maria Bunda Segala Bangsa? Dan Siapa Yang Memberikan Nama Itu?

- Redaksi

Senin, 17 Januari 2022 - 13:27 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

Dibaca 251 kali
facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“Testimoni Pembangunan Bunda Maria Teluk Gurita”
Oleh: Stefan Belebau

Saya sangat senang karena bisa jadi salah satu saksi sejarah berdirinya Patung Bunda Maria di Teluk Gurita. Patung dengan tinggi 33 meter dan berdiri di atas sebuah Kapela ini memiliki kisah yang tidak diketahui oleh semua orang.

Tulisan saya ini bertujuan untuk menyampaikan sebuah fakta sejarah yang mana saya yakin kalau saya tidak menuliskan cerita ini maka 50 sampai 100 tahun yang akan datang mungkin tidak diketahui oleh anak dan cucu kita orang Belu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saya tidak tau dari awal mula sejarah Patung Bunda Maria ini, tapi ada beberapa teman yang mungkin bisa melengkapi tulisan saya ini yang mana mereka terlibat secara langsung mulai dari saat perencanaan awal bertemu dengan pastor Paroki Stela Maris Atapupu, alm. Romo Maxi Bria dan Pastor Pembantu Romo Yoris, termasuk saat itu sempat melihat lokasi di belakang gereja tanah Paroki yang akhirnya batal ditempatkan disitu karena apa alasannya tentu teman saya Mikael Tanjung seorang pengusaha yang sangat dikenal di kalangan gereja Katolik Keuskupan Atambua yang mengetahui ceritanya.

Saya baru mengikuti perkembangan sejarah berdirinya Patung Bunda Maria ini saat tanggal 19 September 2017 ketika dilangsungkan seminar akhir perencanaan pembangunan Kawasan Wisata Rohani yang dihadiri oleh sejumlah Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Aparatur Pemerintahan Kabupaten Belu di Gedung Wanita Betelalenok.

Yang saya dengar dan saya lihat dalam pertemuan dengan sejumlah Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat tersebut mayoritas yang hadir menyetujui pembangunan kawasan wisata Rohani yang di dalamnya ada Patung Bunda Maria.

Namun saat itu, semua yang hadir tidak bersepakat untuk memilih nama dari Patung Bunda Maria tersebut sehingga disepakati agar pemberian nama diserahkan Kepada Yang Mulia Bapa Uskup Atambua.

Tanggal 21 September 2017, dua hari setelah pertemuan di Betelalenok, Bupati Belu Bpk. Willibrodus Lay, Wakil Bupati Bpk. Drs. J. Ose Luan, didampingi Kabag Humas Frido Siribein, dan Kadis Pariwisata Johanis Andreas Prihatin yang saat ini menjadi Sekda Belu, salah satu pengusaha Bpk. Mikhael Tanjung dan beberapa orang yang saya juga sudah lupa tetapi jumlahnya tidak lebih dari 10 orang.

Dan waktu itu dari Humas Setda Belu hanya saya yang mendampingi Bpk. Frido Siribein sementara yang lain tidak diijinkan oleh Bpk. Bupati Wily Lay karena sesuai kebiasaan, beliau kalau mau buat sesuatu yang bersejarah tidak perlu diketahui banyak orang atau tidak perlu diberitakan atau diekspos sebelum apa yang mau dibuat tersebut dilakukan. Dan itu kebiasan beliau karena menurut keyakinan beliau jika ingin membuat sesuatu yang bermakna diomongkan duluan maka akan menyedot energi.

Saya ingat persis begitu rombongan datang menemui uskup di istana Keuskupan Atambua, Yang Mulia Bapa Uskup menyambut secara langsung dan mengalungkan selendang pada Bpk. Willy Lay.

Setelah dipersilakan masuk ke dalam ruang tamu dan beberapa saat setelah berdiskusi, maka lahirlah kalimat dari mulut yang Mulia Bpk. Uskup Atambua nama Patung Bunda Maria yang akan didirikan itu dengan nama MARIA BUNDA SEGALA BANGSA dengan bentuk dan corak seperti yang ada di Teluk Gurita saat ini. Dan hal ini diamnini oleh semua yang hadir.

Sejarah yang saya ketahui ini tidak hanya sampai disini karena kelanjutannya adalah saat kami dari Humas mendampingi Bpk. Willy Lay menemui kaisar Tamkesi untuk meminta restu dan ijin. Hal ini akan saya kisahkan dalam lanjutan cerita ini.

Dan saya memohon jika ada teman –teman lain yang terlibat dan tau tentang sejarah ini bisa juga dibagikan sehingga bisa dibukukan menjadi satu catatan sejarah yang lengkap untuk anak cucu di masa mendatang.

Yang jelas, sejarah akan mencatat Patung Bunda Maria Teluk Gurita dibangun pada masa Kabupaten Belu dipimpin oleh seorang Bupati bernama Willybrodus Lay dan Wakil Bupati Drs. J.T.Ose Luan serta Keuskupan Atambua dipimpin oleh Yang Mulia Bapa Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku, Pr dan akan menjadi catatan sejarah yang akan dikenang sepanjang masa.

Berita Terkait

Menguatkan Iman Generasi Muda di Soe Melalui Kebaktian Kebangunan Rohani
Pemuda GMIT Klasis SoE Akan Gelar Pawai Paskah, Diikuti Oleh 27 Peserta
Pemuda GMIT Syalom Mokdale Sambut Paskah Dengan Menggelar Malam Puji-Pujian
Rayakan Paskah, Jemaat GMIT Ebenhaezer Bonleu Gelar Berbagai Lomba
Jelang Perayaan Natal,YBKM Salurkan Paket Natal Untuk Para Lansia Di Gereja GMIT Petra SoE
Manusia Adalah Makhluk Berharga di Mata Allah
Bertemu Tuhan di Tubuh
Rayakan HUT Ke-65, Jemaat GMIT Imanuel Masikole Gelar Syukuran

Berita Terkait

Selasa, 23 April 2024 - 12:46 WITA

IPS gelar Kegiatan Membangun Budaya Literasi Sains, Numerasi, dan Bahasa Inggris Melalui Game Bagi Siswa SD di Desa Kesetnana

Jumat, 5 April 2024 - 20:46 WITA

Mahasiswa IPS Gelar Survey Pangan di Desa Bikekneno

Sabtu, 3 Februari 2024 - 22:58 WITA

Syukuran Tahunan, IPPAT dan INI Berbagi Kasih Kepada Anak-Anak Stunting di Desa Kesetnana

Minggu, 10 Desember 2023 - 23:03 WITA

Bupati TTS Hadiri Kegiatan Sosialisasi Transparansi PBJ Satuan Pendidikan dan Onboarding UMKM Lokal

Sabtu, 9 Desember 2023 - 12:54 WITA

Tanggap Terhadap Wilayah Terdampak Kekeringan, BPBD TTS Salurkan Air Bersih

Kamis, 7 Desember 2023 - 09:21 WITA

Pemkab TTS Raih Predikat B Akuntabilitas Kinerja Tahun 2023 Setelah Sepuluh Tahun Memperoleh Nilai CC

Selasa, 5 Desember 2023 - 23:52 WITA

Kepsek SMPN Nefotes: YASPENSI Beri Warna Tersendiri Dalam Pendampingan Literasi

Selasa, 5 Desember 2023 - 16:53 WITA

Hadiri Hari Bhakti PU, Bupati TTS Tegaskan ASN Harus Netral Pada Pemilu 2024

Berita Terbaru

TTS

Mahasiswa IPS Gelar Survey Pangan di Desa Bikekneno

Jumat, 5 Apr 2024 - 20:46 WITA