NTT, Salamtimor.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia menerapkan inovasi Wolbachia untuk mengatasi penyakit demam berdarah Dengue (DBD). Jumlah kasus DBD akan meningkat terutama di musim hujan.
Merujuk data BPS Nusa Tenggara Timur (NTT), sebanyak 3.376 kasus DBD terjadi di provinsi tersebut sepanjang tahun 2022. Terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 2.543 kasus DBD.
Kemenkas pada tahun ini mulai menerapkan inovasi Wolbachia yang sudah diteliti sejak tahun 2011. Penelitian dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hasil penelitian tersebut ditindaklanjuti dengan uji coba di Yogyakarta pada tahun 2022 lalu. Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, dr. Riris Andono Ahmad MPH, Ph.D menjelaskan, hasil uji coba tersebut terbukti efektif.
“Hasilnya, di lokasi yang telah disebar wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77%, disamping menurunkan kebutuhan rawat inap pasien dengue di rumah sakit sebesar 86%.” jelas dr. Riris dikutip dari laman resmi Kemenkes RI.
Dalam rilis Kemenkes pada Sabtu (18/11/2023) menjelaskan, Wolbachia berperan dalam memblok replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Akibatnya, nyamuk yang mengandung wolbachia tidak mampu lagi menularkan virus dangue ketika menghisap darah orang yang terinfeksi dangue.
Wolbachia yang berada dalam telur nyamuk, akan menurunkan bakteri dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dampak dari perlindungan ini bersifat berkelanjutan.
Di Indonesia sendiri, teknologi wolbachia yang digunakan, diimplementasikan dengan metode “penggantian”, dimana baik nyamuk jantan dan nyamuk betina wolbachia dilepaskan ke populasi alami. Tujuannya agar nyamuk betina kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan anak-anak nyamuk yang mengandung wolbachia. Pada akhirnya, hampir seluruh nyamuk di populasi alami akan memiliki wolbachia.
Beberapa negara sudah lebih dulu menerapkan teknologi ini. Negara tersebut antara lain Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.